Baru 3 Jam Aku memperkenankan ragaku untuk singgah di kasur yang empuk. Mengundurkan diri sejenak dari panggung kesadaranku, yang bergerak acak mengendalikan seluruh panca inderaku dengan segenap emosi tadi malam.  Begitu berwarnanya hidupku saat aku memutuskan untuk turun ke jalan menjajakan Paket asuransi istimewa kepada keluarga-keluarga mapan di jalan, dibandingkan dulu yang hanya sibuk memberi nilai  pada diri hanya berdasarkan angka-angka dalam slip gaji semata di sebuah kubus tembok yang sempit.

Kemarin, salah seorang dari klien ku di opname di rumah sakit. Dan sebagai seorang agen terpercaya yang sanggup memenuhi janji yang ada.  Aku harus siap mendelikan mata setajam aku mendelikan daya tahan tubuhku yang telah cukup sayu terpakai aktifitas di siang hari-nya. Aku mengurus administrasi biayanya di pagi buta yang dingin nan gelap itu. Baru dapat kembali ke rumah pukul 7 siangnya.Yah Istirahatlah sudah ceritanya. Lantas, selang beberapa saat kemudian, aku melakukan perjuangan tanpa henti untuk mengalahkan serangan rasa kantuk yang sudah sangat mengancam.

Pasalnya Pukul 11 siang-nya Aku butuh tepat waktu untuk untuk bertemu dengan Ko cen, seorang sahabat yang memiliki toko handphone di Pecinan sebuah Mal di Jakarta. Beliau menawarkan kepadaku untuk menservis HP milikku yang Konslet karena ikut-ikutan tenggelam air keringat di pipi ketika sedang tenggelam dalam pembicaraan dasyat dengan salah satu Downline-ku. Ko cen pun gembira menyambut dan segera memberikan semua servis yang terbaik bagi sahabatnya ini.

Saat Aku terlanjur menoleh, Aku menemukan sebuah outlet kecil di sudut Mal yang di jaga oleh seorang bidadari kuning langsat berkostum merah dan berhiaskan sebuah merek produk Handphone di setiap sisi sayap eloknya. Dengan Setengah sadar aku menahan diriku untuk tidak mengajaknya bicara, tapi bibir ini tak bisa. Maka bicaralah kami dari hal yang wujudnya sempit,bulat hingga hal yang panjang lebar.

Dia Nampaknya cukup tertarik padaku, dan menikmati  seni nya bersenda-gurau seakan-akan Dia lupa siapa diri kita masing-masing. Kemudian Aku memintanya Angka-angka Magis yang dapat menyulap obrolan yang hangat ini  menjadi multi-versi “dimana dan kapan saja”.Lalu Aku mengucapkan salam perpisahan padanya dengan wajah penuh tekukan seperti lipatan origami,Lalu segera mengundurkan diri dari hadapan rupanya yang elok.

Pada suatu kesempatan, aku menoleh kembali ke arah matanya yang bulat menerawang, tatapannya mulai bergetar, sekan-akan dia ragu,apakah dia telah salah mengambil keputusan untuk memberi nomor HP-nya padaku.di kepalanya mungkin terputar kembali adegan masa-masa dimana dia sedang susah dan di manfaatkan dengan begitu “liar”nya oleh cowok-cowok yang pernah singgah dalam hidupnya(rumah Kontrakannya), Sehingga dia tidak mudah lagi untuk mempercayai mahluk yang dinamakan pria dalam bentuk apapun.tetapi kali ini ada yang beda rasa dalam akal sehatnya.

Suatu sensasi yang segar telah menggerakan bibirnya yang merona untuk tersenyum, suatu kejutan yang datang semenjak dia menjaga outlet itu sedari pagi,dan kini seakan siap mempertaruhkan dirinya kembali dengan memberitahu nomor pribadi-nya kepadaku,berlawanan dengan job-des yang sedang di embannya saat itu, akankah ia di”guna”kan lagi ataukah kini ia akan di”cintai” sebagaimana layaknya seorang wanita terhormat.